Di panggung politik Jambi, setiap senyuman dan jabat tangan pejabat daerah selalu menyimpan tafsir ganda. Keakraban yang kini tampak semakin nyata antara Fadhli Arief, Bupati Batanghari, dan Anwar Sadat, Bupati Tanjung Jabung Barat, memunculkan spekulasi serius: apakah ini silaturahmi biasa, atau justru manuver strategis menuju Pilgub Jambi 2029?

Pertemuan-pertemuan yang intens dan hangat ini bukan sekadar formalitas. Mereka muncul dalam berbagai kesempatan publik, terlihat saling berdiskusi, tertawa bersama, bahkan sesekali menyampaikan pernyataan yang mengindikasikan sinergi. Bagi pengamat politik, sinyal ini jelas: ada sesuatu yang sedang dirakit, dan bukan hal kecil.

Dua Gaya, Satu Ambisi

Fadhli Arief, bupati muda yang dikenal teknokratik dan ambisius, menunjukkan kapasitasnya untuk memimpin dan membangun basis politik yang kuat. Sosoknya kalem, namun terukur dalam setiap langkah politik. Ia tampak memahami bahwa untuk naik ke level provinsi, keakraban strategis dengan figur lain adalah modal mutlak.

Sementara itu, Anwar Sadat membawa aura religius dan pengalaman politik yang lebih matang. Basis dukungan kuat di kalangan komunitas Islam memberinya kredibilitas yang berbeda. Ia tidak sekadar eksis sebagai bupati, tetapi juga sebagai figur yang mampu mempengaruhi pola politik regional melalui jaringan partai dan ulama.

Ketika dua figur ini terlihat bersatu, yang muncul adalah kombinasi unik: teknokrasi modern bertemu dengan kekuatan moral dan kultural. Jika keduanya serius menapaki jalur politik bersama, bukan mustahil ini menjadi poros baru yang dapat menantang dominasi elit lama Jambi, termasuk nama-nama besar seperti Al Haris.

Poros Baru atau Panggung Pencitraan?

Namun, sejarah politik Jambi mengingatkan kita untuk selalu skeptis. Pertemuan yang sering dipublikasikan bisa jadi lebih banyak mengandung pencitraan daripada aksi nyata. Publik kerap disuguhkan pertunjukan persahabatan dakeselarasann , padahal di balik layar, perhitungan politik dan negosiasi kekuasaan terus berjalan.

Baca Juga:  Al Haris Tunjukkan Langkah Nyata untuk Honorer: Dari Perjuangkan Gaji Hingga Antar Sendiri Berkas PPPK ke Wakil Menteri PAN-RB

Keakraban Fadhli–Anwar bisa dilihat sebagai strategi membangun poros alternatif, sekaligus memberi peringatan kepada elit lain bahwa mereka bukan pemain figuran. Tapi publik juga wajar curiga: apakah senyum dan jabat tangan ini akan diterjemahkan ke program pembangunan nyata, atau hanya alat politik untuk memperkuat posisi tawar menjelang 2029?

Jika keakraban ini tetap berada di level pencitraan, masyarakat hanya menjadi penonton dari drama politik yang sudah terlalu sering mereka saksikan: negosiasi, pertemuan simbolis, dan kampanye diam-diam, sementara kepentingan rakyat hanya menjadi latar belakang.

Mengintip Potensi Pilgub 2029

Pilgub Jambi 2029 diprediksi akan menjadi arena persaingan sengit. Nama-nama muda seperti Fadhli Arief tentu ingin membuktikan diri, sementara politisi berpengalaman seperti Anwar Sadat memiliki modal jaringan dan basis suara yang kuat. Kombinasi mereka berdua bisa menjadi paket politik yang sulit diabaikan: satu menambah citra modern dan rasional, yang lain menegaskan otoritas moral dan dukungan komunitas.

Poros baru ini berpotensi memecah suara elit lama, termasuk mereka yang selama ini menguasai jalur birokrasi dan partai. Jika berhasil, koalisi ini bisa meredefinisi lanskap politik Jambi, menantang figur-figur seperti Al Haris, yang selama ini mendominasi perbincangan politik provinsi.

Namun, risiko juga besar. Perbedaan gaya dan visi bisa memicu gesekan internal. Fadhli yang teknokratik dan Anwar yang lebih normatif bisa berseberangan ketika kepentingan politik mulai berbenturan. Sejarah politik menunjukkan, aliansi yang lahir dari kebutuhan strategis sering rapuh dan mudah pecah ketika target tidak tercapai.

Publik Wajib Mengawasi

Rakyat Jambi berhak mengawasi. Pertemuan dan akrabnya dua bupati ini harus diikuti dengan aksi nyata, bukan sekadar drama media. Pertanyaannya: apakah kolaborasi ini akan menghasilkan kebijakan yang bermanfaat bagi Batanghari dan Tanjung Jabung Barat, atau hanya manuver politik untuk mengamankan kursi dan pengaruh?

Baca Juga:  Pesan Tegas Al Haris: SPPG Pemayung Harus Gunakan Bahan Pokok dari Jambi

Jika tidak ada tindak lanjut nyata, publik berhak menilai bahwa ini hanyalah sandiwara politik yang mengulang pola lama. Sebaliknya, jika benar-benar ada program kolaboratif, ini bisa menjadi embrio poros baru yang segar dan relevan untuk pembangunan Jambi.

Kesimpulan

Keakraban Fadhli Arief dan Anwar Sadat menyimpan dua kemungkinan besar:

Poros politik baru Jambi: Menawarkan alternatif nyata dan menantang dominasi elit lama.

Sandiwara politik: Drama pencitraan yang memoles wajah politik kedua bupati, namun tidak memberi manfaat langsung bagi rakyat.

Sejauh ini, jawabannya masih samar. Yang pasti, dalam politik, senyum lebar dan jabat tangan hangat bisa jadi topeng. Dan silaturahmi, di dunia ini, bisa berubah menjadi sandiwara kapan saja.